CERPEN: SEORANG PELAJAR [Bab 1: Langit Kelabu di Kota Kecil]
Bab 1: Langit Kelabu di Kota Kecil
Di Kota Batu, mewarnai hari Senin yang kelabu bagi Rara, seorang siswi kelas dua SMP. Langkahnya terasa berat melangkah menuju gerbang sekolah. Rasa cemas dan khawatir mewarnai hatinya. Pagi ini, ia akan menghadapi ujian matematika yang baginya bagaikan momok menakutkan.
Rara bukan murid yang malas. Ia selalu berusaha belajar dengan giat. Namun, matematika selalu menjadi batu sandungannya. Rumus-rumus dan angka-angka bagaikan bahasa asing yang tak bisa ia pahami. Semakin ia berusaha, semakin ia merasa terpuruk.
Tepat pukul tujuh pagi, bel sekolah berbunyi, menandakan dimulainya ujian matematika. Rara menarik napas dalam-dalam dan membuka lembar soal. Rasa panik mulai menyerangnya. Tangannya gemetar saat memegang pulpen. Ia membaca soal demi soal, tetapi otaknya seakan buntu. Tak satu pun jawaban yang terlintas di benaknya.
Satu jam kemudian, waktu ujian selesai. Rara menyerahkan lembar jawabannya dengan perasaan hampa. Ia yakin, nilainya kali ini akan jauh lebih buruk daripada sebelumnya. Air matanya mulai berkaca-kaca. Ia merasa gagal dan tak berguna.
Saat keluar dari ruang ujian, Rara bertemu dengan sahabatnya, Rani. Rani yang ceria dan selalu penuh semangat, melihat wajah muram Rara.
"Rara, kenapa kamu terlihat sedih? Ujiannya gimana?" tanya Rani dengan nada khawatir.
Rara menundukkan kepalanya. "Aku yakin nilaiku kali ini jelek banget, Ran. Aku gak ngerti apa-apa soal tadi."
Rani memeluk Rara dengan erat. "Jangan sedih, Ra. Ujian bukan penentu segalanya. Kamu masih punya banyak kesempatan untuk belajar dan memperbaiki nilai kamu."
Rasa hangat dari pelukan Rani sedikit menenangkan hati Rara. Ia teringat kata-kata ayahnya, "Kegagalan adalah bagian dari proses belajar. Yang terpenting adalah kamu terus berusaha dan tidak pernah menyerah."
Rara tersenyum tipis. "Iya, Ran. Kamu benar. Aku gak boleh menyerah. Aku akan terus belajar matematika sampai aku bisa menguasainya."
Rani dan Rara berjalan beriringan menuju kelas. Langit masih mendung, tetapi di hati Rara, secercah harapan mulai muncul. Ia yakin, dengan tekad dan kerja keras, ia bisa melewati rintangan ini dan meraih masa depan yang lebih cerah.
Bersambung...
Catatan:
- Novel ini masih dalam tahap pengembangan. Bab-bab selanjutnya akan ditambahkan secara berkala.
- Anda dapat memberikan saran dan masukan untuk pengembangan novel ini.
Komentar
Posting Komentar